Cha  Sal (Bunuh Diri)
 
Pagi hari,  ketika hendak menghidupkan televisi, yang ada dalam pikiran saya adalah:  Siapa lagi ya, artis Korea atau orang terkenal yang bunuh diri hari  ini?
Pikiran ini muncul karena belakangan ini  banyak sekali berita bunuh diri di negeri gingseng ini. Artis terkenal,  cantik dan mestinya kaya serta berbahagia e malah bunuh diri. Beberapa  hari yang lalu, bintang cantik dalam drama Meteor Garden, drama seri  yang di gilai oleh remaja se Asia, termasuk saya, Jang Ja-yeon,  ditemukan gantung diri di rumahnya. Sebelumnya, pada bulan Februari  Eun-joo artis dalam film yang juga saya senangi Tae Guk Gi, Lover’s  Concerto, dan The Garden of Heaven, bunuh diri juga.
Disebuah situs saya baca kalau di Korea  ada 36 orang bunuh diri setiap harinya yang diduga penyebab utamanya  adalah depresi. Sebelum Jang Ja-yeon dan Eun-joo ada lagi nama Choi Jin  Shil, Da Bin, Lee Hye Ryeon, Lee Eun Joo, Choi Jin Shil.
“Halah, habis sudah.” Gumam  hati saya begitu mengingat deretan nama-nama artis yang bunuh diri  tersebut. Tetapi menariknya, dunia hiburan Korea tetap tumbuh. Mungkin  mereka menganut pepatah, mati satu tumbuh seribu.
Itu baru bunuh diri dikalangan artis. Di  kalangan rakyat biasa, bunuh diri juga sesuatu yang jamak. Tetapi  karena mereka hanya rakyat biasa dan tidak cukup  punya nilai berita  maka bunuh diri seorang buruh miskin atau pemuda patah hati atau anak  yang gagal masuk universitas tidak begitu jadi sorotan. Beberapa hari  yang lalu seorang teman bercerita kalau ada anak sekolah dasar yang  bunuh diri karena perolehan nilainya yang jelek. Seorang mahasiswa yang  baru pulang mengikuti wajib militer beberapa waktu lalu juga bercerita  ada kawannya yang bunuh diri selama wajib militer tersebut.
“Kenapa mereka bunuh diri?” Tanya saya.
“Pertama karena di hina oleh senior. Dan  yang terakhir karena diputusin pacar.” Ujarnya. Menurutnya, selama  menjalankan wajib militer, para pemuda Korea mengalami kesulitan bertemu  dengan pacarnya. Dan itu lamanya dua tahun. Perempuan yang ditinggal  mungkin tidak sabar dan memilih laki-laki lain. Dan ini bagi mereka  suatu penghinaan.
Di Korea bunuh diri merupakan penyebab  kematian nomor empat, ini jauh lebih tinggi di banding Amerika yang  menempatkan bunuh diri sebagai penyebab kematian nomor delapan. Sampai  tahun 2000 ada sekitar 6000 orang rakyat korea yang meninggal karena  bunuh diri dan pada tahun 2007 jumlah tersebut menjadi 12000 orang. Dan  menariknya yang banyak bunuh diri itu adalah orang-orang muda. Mungkin  karena itu juga makanya jumlah orang tua terlihat banyak di sini. Di  sekitar apartemen saya, kebanyakan teman saya adalah orang-orang tua.  Orang mudanya entah kemana. Saya tidak ingin mengatakan mereka mungkin  pada mati bunuh diri. Mungkin saja mereka ke kota bekerja atau sekolah  atau masuk wajib militer. Tetapi begitulah, jumlah orang tua memang  lebih banyak. Negara yang semakin makmur juga memberikan peluang hidup  yang semakin baik. Tetapi kalau banyak orang muda memilih bunuh diri,  itu adalah masalah sosial yang lain lagi. Bukan karena kekurangan  makanan atau karena penyakit. Dan jelas hal ini akan menjadi sebuah  persoalan juga akhirnya bagi Negara.
Saya berpikir, pilihan bunuh diri itu  apakah karena mereka tidak dibekali pengetahuan tentang kehidupan  setelah mati ya? Pengetahuan tentang itu kan adanya dalam agama,  sementara agama bukan sesuatu yang penting bagi masyarakat sini. Di  sekolah mereka juga tidak belajar agama. Mereka diajarkan tentang moral,  baik dan buruk bukan tentang kehidupan lain setelah dunia. Mereka tidak  tahu tentang sorga dan neraka.
Belakangan ini pemerintah Korea membuka  kantor untuk konsultasi bagi para pengidap depresi atau masyarakat yang  mengalami konflik kejiwaan. Namanya Seng Myong- ei Jon Hoa. Kantor ini  di buka selama 24 jam dan masyarakat bisa berkonsultasi kapan saja.  Semoga saja cara ini dapat mengurangi angka mati karena bunuh diri di  Korea. Ya, semoga…